Selasa, 15 September 2020

Hibualamo

 TELAH TERBIT DAN SELESAI CETAK !!! 



Hibualamo

 Penulis

Sadga Abd

 Penyunting

Nasarudin Amin

 Penata Letak

Tim Kreatif SCM

­

Desain Sampul

Ath@Pro Design

 Sumber Foto Rumah Adat Hibualamo:

www.tindaktandukarsitek.com

 Cetakan I, September 2020

Copyright © Penerbit Syahadah, 2020

 114  halaman ; 14,8 x 21 cm

 ISBN: 978-623-7250-40-1

Penerbit:

CV. SYAHADAH CREATIVE MEDIA (SCM)


Sangat jarang ada penyair yang konsisten menggarap satu tema dalam proses kreatifnya menulis puisi, khususnya di Maluku Utara. Bukan hanya karena variasi dalam puisi akan menjadi berkurang, tapi juga karena konsistensi dalam penulisan puisi semacam ini hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang menjadi bagian dan memahami tema tersebut dengan baik serta kreatif mendaras kata-kata yang sepertinya hanya berkutat pada lingkaran itu-itu saja. Oleh karena itu, konsistensi semacam ini tentu bukan pekerjaan  mudah. Namun, penyair yang jarang itu saya temukan pada salah seseorang yang bernama Sadga Abd dalam buku kumpulkan puisi Hibualamo ini.

Seperti judul buku ini, Sadga Abd yang merupakan putra Hibualamo di Halmahera Utara menyampaikan pada pembaca, para penikmat puisi, tentang identitas dirinya secara fisik dan psikologis dan tentang pandangan dirinya akan lingkungan, budaya, dan kehidupan masyarakat di Hibualamo. Memang, sebagai pemula, puisi-puisi Sadga Abd belum terlalu memperhatikan dan memperlihatkan unsur-unsur pembentuk puisi yang kuat. Namun, kemampuan penulisan puisi Sadga Abd yang pemula ini, yang apabila tetap terus diasah, tidak menutup kemungkinan suatu hari nanti Sadga Abd bisa menjadi seorang penyair Maluku Utara yang akan banyak diperbincangkan di kancah kepenyairan lokal maupun nasional. Selamat atas penerbitan puisinya, Sadga! --  Ummu Syahidah (Aida Radar), Kepala Laboratorium Bahasa Universitas Muhammadiyah Maluku Utara.

 

Membaca karya-karya Sadga, seperti membawaku pulang ke rahim Halmahera melihat kenangan satu per satu tanggal di Tanjung Bongo atau cerita leluhur yang mulai tergerus dari hari ke hari. Sungguh Sadga berhasil menarikku ke pesisir Tobelo, membayangkan orang-orang Halmahera yang gagah berani menarik perahu, membelah jantung samudra. Dan kini cerita mereka nyaris tak tercatat pada ingatan generasi kita, hari ini atau barangkali sampai esok. Barangkali. -- Rajif Duclun, Jurnalis Dan Pecinta Sastra

 

 

Puisi-puisi itu bak lentera yang tak pernah padam. Dia terus menyala di ujung pena para penyairnya. Dengan mengusung tema tanah kelahirannya, Sadga telah berhasil menyalakan lentera-lentera itu di sepanjang tanah Hibualamo. Diksinya yang teduh namun menusuk, merupakan gaya menulisnya yang unik. -- Syafitri Zahra Togubu, Novelis

 

 

 

Puisi ternyata kuplet kata-kata yang bicara tentang diri. Padanya rasa atau ragu, cita pun harap, kabar dan fakta, gelisah hingga geram, telah menggumpal dalam ungkap diksi yang dimanfaatkan penulis. Bagi seorang penulis (puisi) hal-hal tersebut tentu tak hanya ditampung oleh romantisme hidupnya namun tak jarang akan meluap dalam birahi artistik ter-kata, jalan yang paling aman yang bisa dan biasa didayagunakan dalam menghayal atau menghujat, menghantam atau merangkul, pun memutus atau menghakimi penggal hidupnya yang gelora. Pada syurga kata dan neraka ucap itulah seorang Sadri Abd buncahkan perhatian dan pedulinya dalam rangkai ungkap yg disebut di sini (sebagai) puisi di tangan Anda.

 

Panyaksian saya yang amat cuil ini, merambah pada marka puitik yang dihidangkan dalam Hibualamo, telah berserempetan dengan fakta-fakta fisis dan misteri makna (mungkin disengajakan penulis) telah menggelitik, menuding dan bahkan menampar wajah kemaluan sosial, kultural, artistic dan entah apalagi di sini. Tentu Hibualamo tak bisa diserapahi hanya pada tubuhnya yang dijejali kata akan tetapi dibutuhkan pengakraban mencumbu kata, baris, kuplet dan berbagai ihwal puitrik yang bisa diusahakan Sadri Abd. Mari mengintip satu - dua sajian dari puisi yang ingin dikawal berikut.    Zainuddin M. Arie, Sastrawan Maluku Utara.


2 komentar: