TELAH TERBIT DAN SELESAI CETAK !!!
Hibualamo
Penulis
Sadga
Abd
Penyunting
Nasarudin Amin
Penata Letak
Tim Kreatif
SCM
Desain
Sampul
Ath@Pro
Design
Sumber Foto
Rumah Adat Hibualamo:
www.tindaktandukarsitek.com
Cetakan
I, September 2020
Copyright
© Penerbit Syahadah, 2020
114 halaman ; 14,8 x 21 cm
ISBN: 978-623-7250-40-1
Penerbit:
CV. SYAHADAH
CREATIVE MEDIA (SCM)
Sangat
jarang ada penyair yang konsisten menggarap satu tema dalam proses kreatifnya
menulis puisi, khususnya di Maluku Utara. Bukan hanya karena variasi dalam
puisi akan menjadi berkurang, tapi juga karena konsistensi dalam penulisan puisi
semacam ini hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang menjadi bagian dan
memahami tema tersebut dengan baik serta kreatif mendaras kata-kata yang
sepertinya hanya berkutat pada lingkaran itu-itu saja. Oleh karena itu,
konsistensi semacam ini tentu bukan pekerjaan mudah. Namun, penyair yang jarang itu saya
temukan pada salah seseorang yang bernama Sadga Abd dalam buku kumpulkan puisi
Hibualamo ini.
Seperti
judul buku ini, Sadga Abd yang merupakan putra Hibualamo di Halmahera Utara
menyampaikan pada pembaca, para penikmat puisi, tentang identitas dirinya
secara fisik dan psikologis dan tentang pandangan dirinya akan lingkungan,
budaya, dan kehidupan masyarakat di Hibualamo. Memang, sebagai pemula,
puisi-puisi Sadga Abd belum terlalu memperhatikan dan memperlihatkan
unsur-unsur pembentuk puisi yang kuat. Namun, kemampuan penulisan puisi Sadga
Abd yang pemula ini, yang apabila tetap terus diasah, tidak menutup kemungkinan
suatu hari nanti Sadga Abd bisa menjadi seorang penyair Maluku Utara yang akan
banyak diperbincangkan di kancah kepenyairan lokal maupun nasional. Selamat
atas penerbitan puisinya, Sadga! -- Ummu Syahidah
(Aida Radar), Kepala Laboratorium
Bahasa Universitas Muhammadiyah Maluku Utara.
Membaca karya-karya
Sadga, seperti membawaku pulang ke rahim Halmahera melihat kenangan satu per
satu tanggal di Tanjung Bongo atau cerita leluhur yang mulai tergerus dari hari
ke hari. Sungguh Sadga berhasil menarikku ke pesisir Tobelo, membayangkan
orang-orang Halmahera yang gagah berani menarik perahu, membelah jantung
samudra. Dan kini cerita mereka nyaris tak tercatat pada ingatan generasi kita,
hari ini atau barangkali sampai esok. Barangkali. -- Rajif Duclun, Jurnalis Dan Pecinta Sastra
Puisi-puisi itu bak
lentera yang tak pernah padam. Dia terus menyala di ujung pena para penyairnya.
Dengan mengusung tema tanah kelahirannya, Sadga telah berhasil menyalakan
lentera-lentera itu di sepanjang tanah Hibualamo. Diksinya yang teduh namun
menusuk, merupakan gaya menulisnya yang unik. -- Syafitri Zahra Togubu, Novelis
Puisi ternyata kuplet
kata-kata yang bicara tentang diri. Padanya rasa atau ragu, cita pun harap,
kabar dan fakta, gelisah hingga geram, telah menggumpal dalam ungkap diksi yang
dimanfaatkan penulis. Bagi seorang penulis (puisi) hal-hal tersebut tentu tak
hanya ditampung oleh romantisme hidupnya namun tak jarang akan meluap dalam
birahi artistik ter-kata, jalan yang paling aman yang bisa dan biasa
didayagunakan dalam menghayal atau menghujat, menghantam atau merangkul, pun
memutus atau menghakimi penggal hidupnya yang gelora. Pada syurga kata dan
neraka ucap itulah seorang Sadri Abd buncahkan perhatian dan pedulinya dalam
rangkai ungkap yg disebut di sini (sebagai) puisi di tangan Anda.
Panyaksian saya yang
amat cuil ini, merambah pada marka puitik yang dihidangkan dalam Hibualamo,
telah berserempetan dengan fakta-fakta fisis dan misteri makna (mungkin
disengajakan penulis) telah menggelitik, menuding dan bahkan menampar wajah
kemaluan sosial, kultural, artistic dan entah apalagi di sini. Tentu Hibualamo
tak bisa diserapahi hanya pada tubuhnya yang dijejali kata akan tetapi
dibutuhkan pengakraban mencumbu kata, baris, kuplet dan berbagai ihwal puitrik
yang bisa diusahakan Sadri Abd. Mari mengintip satu - dua sajian dari puisi
yang ingin dikawal berikut. – Zainuddin M. Arie, Sastrawan Maluku
Utara.